Minggu, 10 April 2016

BENTENG PENDEM CILACAP JATENG

Benteng Pendem Cilacap , adalah benteng peninggalan Belanda di pesisir pantai Teluk Penyu kabupaten CilacapJawa Tengah yang dibangun pada tahun 1861. Bangunan ini merupakan bekas markas pertahanan tentara Hindia Belanda yang dibangun di area seluas 6,5 hektare secara bertahap selama 18 tahun, dari tahun 1861hingga 1879. Benteng pendem sempat tertutup tanah pesisir pantai dan tidak terurus. Benteng ini kemudian ditemukan dan mulai digali pemerintah Cilacap tahun 1986. Saat ini, pemerintah Kabupaten Cilacap menjadikan benteng ini sebagai tempat wisata sejarah





Benteng Pendem, Cilacap-Jawa Tengah

Benteng Pendem, Cilacap-Jawa Tengah

Alamat tempat dan objek wisata terletak.
Lokasi Benteng Pendem, Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah

Pesona dan Keindahan dari tempat dan objek wisata yang anda dapat nikmati. 
Wisata sejarah, dan wisata alam. Pertama adalah keindahan meriam, bayak koleksi merian peninggalan Belanda. Di samping tempat meriam adalah ruang klinik, adalah ruang pengobatan buat para pekerja yang mengalami sakit. Benteng yang dibangun oleh Belanda antara tahun 1861-1879 M ini memilki luas asli 10.5 hektare. Namun ternyata sejumlah 4 hektare diambil oleh Perusahaan Minyak Pertamina untuk pembangunan salah satu fasilitasnya di daerah tersebut. Selanjutnya pada 29 November 1847, Gubernur Jenderal J.J. Rochussen (1845-1851) memutuskan bahwa pembukaan pelabuhan Cilacap bukan semata-mata untuk kepentingan perdagangan saja, melainkan untuk militer dan pertahanan. Kedua adalah keindahan nilai arsitektur benteng itu. Banyak arsitek Belanda yang berperan dalam pembangunan benteng Pendem. Ketiga adalah wisata alam di sekitar komplkes Benteng Pendem, dahulu luasnya 10 ha, namun karena digunakan Pertamina lokasinya sekarang tinggal sebagian kecil namun tetap indah.

Nilai yang dapat anda peroleh dari tempat dan objek serta kegiatan wisata.
Di Benteng Pendem sarat dengan nilai sejarah perjuangan bangsa. Namun ada juga nilai arsitektur yang memberikan nilai seni yang tinggi.

Jalur dan alat transportasi yang anda dapat tempuh dan gunakan untuk mencapai lokasi tempat dan objek wisata.
Untuk mencapai daerah ini cukup jauh namun sudah baik jalannya. Dari kota Cilacap jalan sudah tersedia halus, walaupun letak di Cilacap Selatan. Alat transportasi yang dapat digunakan adalah mobil, motor, kendaraan pribadi.

Fasilitas bagi pengunjung atau wisatawan yang di tempat dan objek wisata.
Bagi pengunjung tersedia fasilitas yang cukup lengkap. Parkir, dan ketersediaan warung.

Tarif masuk dan jam buka atau layanan tempat dan objek wisata bagi pengunjung atau wisatawan.
Biaya masuk sebesar Rp 4.000,-  untuk semua objek di dalam benteng. Benteng dan lokasi wisata kompleks Benteng Pendem Cilacap ini buka setiap hari.

Perhatian dan saran bagi pengunjung atau wisatawan jika berkesempatan datang dan menikmati tempat dan objek wisata.
Kompleks Benteng Pendem Cilacap ini sudah termasuk dalam cagar budaya, maka tidak boleh menulis atau mencoret-coret objeknya.

Tempat wisata yang terdekat.
Objek yang dekat Pantai Widara Payung dan Jetis, Pantai Teluk Penyu dan Hutan Payau.

JATILAN

  1. Pengertian Jatilan.
         Jathilan adalah kesenian yang telah lama dikenal oleh Masyarakat Yogyakarta dan juga sebagian Jawa Tengah. Jathilan juga dikenal dengan nama kuda lumping, kuda kepang, ataupun jaran kepang. Tersemat kata “kuda” karena kesenian yang merupakan perpaduan antara seni tari dengan magis ini dimainkan dengan menggunakan properti berupa kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman bambu (kepang).
Dilihat dari asal katanya, jathilan berasal dari kalimat berbahasa Jawa “jaranne jan thil-thilan tenan,” yang jika dialihbahasakan ke dalam bahasa indonesia menjadi “kudanya benar-benar joget tak beraturan ”.  Joget beraturan (thil-thilan) ini memang bisa dilihat pada kesenian jathulan utamanya ketika para penari telah kerasukan.

        
  1. Sejarah Jatilan
Kesenian tari jathilan dahulu kala sering dipentaskan pada dusun-dusun kecil.  Pementasan ini memiliki dua tujuan, yang pertama yaitu sebagai sarana menghibur rakyat sekitar, dan yang kedua juga dimanfaatkan sebagai media guna membangkitkan semangat rakyat dalam melawan penjajah.
Ada beberapa cerita awal sejarah mengenai jatilan. Versi pertama menceritakan jatilan adalah kesenian yang mengisahkan perjuangan Raden Patah dibantu Sunan Kalijaga dalam melawan penjajahan Belanda. Sebagaimana yang kita ketahui, Sunan Kalijaga adalah sosok yang acap menggunakan budaya, tradisi dan kesenian sebagai sarana pendekatan kepada rakyat, maka cerita perjuangan dari Raden Patah itu digambarkan kedalam bentuk seni tari jathilan.
Versi terahkir adalah jatilan merupakan cerita  Panji Asmarabangun, yaitu putra dari kerajaan Jenggala Manik. Tatkala yang disampaikan adalah cerita mengenai Panji Asmarabangun, maka penampilan para penaripun menggambarkan tokoh tersebut, baik aksesoris pun gerakannya.   Sebagai contoh aksesorisnya adalah mengenakan gelang tangan, gelang kaki, ikat pada lengan, kalung, menyengkelit keris, dan tentu saja mengenakan mahkota yang acap disebut “kupluk Panji.
  1. Gerakan dan  Pelaksanaan Tarian
Pagelaran kesenian ini dimulai dengan tari-tarian oleh para penari yang gerakannya sangat pelan tetapi kemudian gerakan-nya perlahan-lahan menjadi sangat dinamis mengikuti suara gamelan yang dimainkan. Gamelan untuk mengiringi jatilan ini cukup sederhana, hanya terdiri dari drum, kendang, kenong, gong, dan slompret, yaitu seruling dengan bunyi melengking.
Lagu-lagu yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta, namun ada juga yang menyanyikan lagu-lagu lain. Setelah sekian lama, para penari kerasukan roh halus sehingga hampir tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan, mereka melakukan gerakan-gerakan yang sangat dinamis mengikuti rancaknya suara gamelan yang dimainkan.
Pada mulanya penari nampak lemah gemulai dalam menggerakkan badan, namun seiring waktu berjalan,  para penari menjadi kerasukan roh halus, dimana kondisi kerasukan ini dalam bahasa Jawa sering dikatakan istilah “ndadi” atau dalam bahasa Inggrisnya ‘trance’ . Dalam keadaan kerasukan, para penari jatilan hampir tidak sadar terhadap apa yang diperbuatnya. Gerakan tariannyapun mulai tak beraturan, pada kondisi inilah kata jathilan itu tergambar, jaranne jan thil-thilan tenan (kudanya benar-benar berjoget tak beraturan).
Dalam satu pertunjukan, kecuali para penari yang memiki jumlah tertentu tergantung cerita yang hendak disampaikan, maka ada instrumen pertunjukan lainnya, yaitu para penabuh gamelan, para perias, dan yang tak boleh ketinggalan adalah keberadaan “ pawang ”,  yaitu sosok yang memiliki peran serta tanggungjawab mengendalikan jalannya pertunjukan dan menyembuhkan para penari yang kerasukan.
Ketika  terjadinya “ ndadi ” alias kerasukan, para penari jathilan mampu melakukan  atraksi berbahaya yang tidak dapat dicerna oleh akal manusia, sebagai contoh adalah memakan dedaunan, menyantap kembang, bahkan juga mengunyah beling (pecahan kaca), bahkan berperang menggunakan pedang, serta tindakkan menyayat lengan.
Pelaku seni tari kuda lumping tak sebatas pada jenis kelamin laki-laki saja,melainkan ada pula perempuannya, keduanya tetap tak bisa lepas dari kejadian ‘ndadi’ a.k.a trance. Ini memberikan pesan bahwa jathilan selain merupakan hiburan rakyat juga mampu menyertakan unsur ritual.  Contoh nyata adalah ketika seorang pawang jathilan melakukan suatu ritual yang intinya memohon ijin kepada Tuhan agar jalannya pertunjukan lancar, serta mengucapkan “permisi” kepada makhluk lain yang berada diseputaran tempat tersebut agar tidak menggangu jalannya pertunjukan.
Dalam Seni Jatilan disediakan berbagai sesaji yang disediakan. Sajen yang disediakan pada pertunjukan jathilan diantaranya adalah satu tangkep pisang raja, beberapa macam jajanan pasar berupa makanan-makanan, tumpeng robyong yang dihias dengan daun kol, bermacam-macam kembang, beraneka jenis minuman (kopi ,teh , air putih ), menyan, hio (dupa China), ingkung (ayam bekakak), sega golong (nasi bulet), dan lain sebagainya. Jenis sesaji ini tentu saja tak sama antara daerah satu dengan yang lainnya.
  1. Jathilan Kreasi Baru.
Perkembangan jaman menuntut untuk kita lebih kreatif, karenanya kreasi dan inovasi seolah diwajibkan apabila kita tetap bisa survive dalam melakukan gerakan   Begitu pula pada pengembangan seni jathilan ini, agar tak begitu asing bagi anak-anak jaman sekarang yang telah menikmati jaman maju, maka dikembangkanlah jathilan dengan sentuhan kreasi baru.
Yang menjadi pembeda dari jatilan kreasi baru / modern  berbanding jathilan klasik adalah pada gamelan sebagai musik pengirim dan juga pada penampilan, baik pemain tambahan, pakaian ataupun aksesorisnya.  Sebagai contoh adalah  terdapatnya tambahan gamelan dengan drum ataupun alat musik lain yang menggabungkan antara pentatonis dengan diatonis.
Pada sisi penampilan, seni tari jathilan ‘kreasi baru’ adakalanya menampilkan peran “celeng” (babi), “munyuk” (monyet), dan beberapa penari topeng. Bahkan ada juga jathilan gedruk, yaitu jathilan yang beberapa penarinya mengenakan aksesoris klinthing di kakinya sehingga menimbulkan suara bergemerincing secara kompak.